Blogroll

Persyaratan Program Beasiswa Unggulan Kemendikbud RI 2014 Jenjang S1

Persyaratan Program Beasiswa Unggulan Kemendikbud RI 2014 Jenjang S1

1.Berusia maksimal 21 tahun dan sudah diterima di perguruan tinggi, .
   dibuktikan dengan surat tanda lulus penerimaan.
2.Nilai rata-rata ujian nasional yang menjadi persyaratan adalah minimal 7,5.
3.Pelamar harus membuat surat permohonan Beasiswa Unggulan kepada 
   Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
   Setjen Kemendikbud 
   Di Jakarta
4.Dokumen yang harus dilampirkan adalah ijazah dan transkrip 

   nilai SMA/sederajat.
5.Nilai TOEFL minimal 500 (dibuktikan dengan sertifikat) serta sertifikat 

   kejuaraan minimal tingkat kabupaten/kota untuk maksimal lima tahun terakhir.
6.Melampirkan proposal berisi rencana studi, alasan mengambil program studi 
   yang dipilih dan rencana tugas akhir.
   Proposal diatas mencantumkan rincian kebutuhan biaya hingga studi berakhir 
   yakni maksimal delapan (8) semester.
7.Surat rekomendasi dari dosen, pejabat, atau tokoh yang menyatakan bahwa 
   pelamar dapat menyelesaikan studi pada waktunya dan layak 
   mendapatkan beasiswa.
8.Lampiran tambahan: Kartu Keluarga, Paspor dan atau buku tabungan.

 Untuk informasi selengkapnya: http://beasiswaunggulan.kemdiknas.go.id/

Syarat-syarat Pendaftaran TA 2014/2015


SYARAT – SYARAT PENDAFTARAN :
PROGRAM : PAKET A Setara SD,
                        PAKET B Setara SMP, 
                        PAKET C Setara SMA
1.1.     Mengisi formulir pendaftaran / Biodata
2.2.     Peserta boleh berasal daerah di seluruh Indonesia
3.3.     Paket A Setara SD:
·  Dapat membaca, menulis dan berhitung ( CALISTUNG)
·  Menyerahkan Foto copy Akte Kelahiran / Kartu Keluarga
4.          Paket B Setara SMP & Paket C Setara SMA:
   Kelas 1 :  - Menyerahkan FC Ijazah terakhir (3 Lembar), 
                    - Kartu Keluarga ( 1 Lembar) 
                    -   Pas Foto 3 x 4 = 2 lembar
   Kelas 2 :  - Menyerahkan FC Raport Kelas II ( 1 Lembar) dari sekolah asalnya 
                    -   Menyerahkan FC Ijazah terakhir ( 3 Lembar),
                    -  Kartu Keluarga ( 1 Lembar) 
                    -   Pas Foto ukuran 3 x 4 = 2 lembar
    Kelas 3 :  - Meyerahkan FC Raport Kelas III ( 1 lembar) 
                     -   Menyerahkan FC Ijazah terakhir ( 3 lembar). 
                     - Kartu Keluarga ( 1 lembar) 
                     -   Menyerahkan Surat Keterangan tidak lulus Ujian 
                        dari asal Sekolah atau Dinas Pendidikan 
                     -   Foto background merah dengan baju hem putih / berdasi 
                    -   Ukuran : 2 x 3 = 3 Lembar
                                    3 x 4 = 8 Lembar
5.4      a. Biaya Pendaftaran
  b. Penggantian Operasional
6.5      Pengurus : Tri Ismiyati, Japon Dwiantoro dan Dyah Maydhaningrum
7.6     Telp. / HP : 0274-385153, 081328626527 – 081804288845 – 08783922291
8.7      Sifat Ujian Nasional
9.8      Ijazah dapat dipergunakan:
   a.       Kuliah
   b.      Bekerja – Penyesuaian PNS & Swasta

Formulir dapat diunduh disini http://www.4shared.com/office/hH2kZNm1ce/Formulir_Paket.html

Kita "Melupakan" Ki Hajar Dewantara dalam Konsep Pendidikan Modern

Saat mencari beberapa referensi tentang Ki Hajar Dewantara, ada satu artikel menarik yang menyinggung tentang komparasi antara konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan konsep "barat". Konsep beliau itu mengedepankan tiga faktor, yaitu "ngerti" (cognitive domain), "ngrasa" (affective domain), dan "nglakoni" (psychomotor domain). 

Ki Hajar mencetuskan konsep tersebut sejak 20 tahun sebelum konsep Blomm’s Taxonomy (cognitive, affective, and psychomotor) yang terkenal itu diperkenalkan oleh Benjamin Blomm, seorang psikolog pendidikan pada 1956. Dari analisis singkat setelah membaca beberapa referensi tentang Ki Hajar Dewantara, cukup banyak pertanyaan dan kegalauan terhadap sistem pendidikan nasional kita yang mulai terjawab. 

Mengapa sistem assesment seperti ujian nasional (UN), yang dengan sistem multiple choice dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hanya menguji sisi kognitif ("ngerti") tidak bisa mengukur kualitas murid secara keseluruhan? Kenapa sistem hafalan mati masih dikedepankan, termasuk hafalan ayat-ayat dari kitab suci yang sekali lagi hanya kental dengan muatan kognitif tanpa unsur "rasa", apalagi unsur "nglakoni" (psikomotorik)?